HVSMEDIA.ID - Di balik gemerlap prestasi olahraga Indonesia, tersembunyi kisah pilu para mantan atlet yang kini hidup dalam keterbatasan.
Para atlet yang pernah mengharumkan nama bangsa, namun setelah pensiun, banyak yang terabaikan dan menghadapi kesulitan ekonomi.
Tidak sedikit sebagian mantan atlet yang kini harus menjalani hidup tanpa jaminan finansial, bekerja serabutan, bahkan bergantung pada belas kasihan orang lain.
Perjalanan hidup para atlet berubah drastis, dari podium kemenangan menuju kehidupan yang penuh perjuangan demi ekonomi keluarganya.
Berikut beberapa mantan atlet Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa namun kini hidup dalam kondisi ekonomi yang memprihatinkan:
1. Denny Thios
_-_2025-05-21T131721.517.webp)
Denny Thios adalah salah satu atlet angkat besi Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional pada era 1990-an.
Ia meraih prestasi gemilang dengan menyabet tiga medali emas di kejuaraan dunia, termasuk di Inggris dan Swedia, serta memecahkan tiga rekor dunia dalam kejuaraan angkat berat di Taiwan pada tahun 1990.
Namun, setelah pensiun dari dunia olahraga, kehidupan Denny Thios berubah drastis.
Denny Thios kembali ke Makassar dan meneruskan usaha bengkel las milik orang tuanya.
Meski pernah menjadi juara dunia, Denny Thios harus bekerja sebagai tukang las di bengkel kecil tersebut untuk menyambung hidup.
Sayangnya, pada 29 Mei 2018, Denny Thios meninggal dunia dalam kondisi ekonomi yang susah
2. Wempi Wungau
_-_2025-05-21T134357.867.webp)
Wempi Wungau merupakan mantan atlet binaraga Indonesia yang turut mengharumkan nama bangsa dengan meraih medali emas di ajang SEA Games dari tahun 1989 hingga 1997.
Wempi Wungau juga berhasil meraih mendali perak di Asian Games tahun 2002.
Namun, setelah pensiun Wempi Wungau menghadapi berbagai kesulitan ekonomi.
Ia mengaku dikhianati oleh janji-janji yang tidak pernah dipenuhi dan bahkan pernah ditipu oleh oknum yang memotong uang hadiah hasil jerih payahnya selama menjadi atlet nasional.
Kondisi keuangan yang sulit memaksa Wempi Wungau untuk bekerja serabutan.
Untuk bertahan hidup, diketahui Wempi Wungau kini bekerja sebagai pengemudi ojek online.
3. Martha Kase

Martha Kase adalah mantan atlet nasional Indonesia asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang pernah berjaya di cabang atletik pada era 1980 hingga 2000.
Salah satu pencapaian gemilangnya adalah meraih medali perak pada nomor lari 3000 meter putri di SEA Games 1987.
Selain itu, Martha Kase juga berhasil meraih medali emas dalam tiga edisi Pekan Olahraga Nasional (PON) secara berturut-turut, mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pelari jarak jauh terbaik Indonesia pada masanya.
Namun, setelah pensiun dari dunia atletik, kehidupan Martha Kase berubah drastis.
Martha Kase mengandalkan penghasilan dari berjualan minuman ringan di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Pada Oktober 2018, Martha Kase mengalami insiden tragis dengan mengalami kekerasan fisik oleh sejumlah petugas keamanan GBK karena dianggap berjualan tanpa izin.
Dalam kejadian tersebut, Martha Kase mengalami kekerasan fisik yang serius, termasuk dipukul, diinjak, dan nyaris ditikam.
4. Yuni Astuti

Yuni Astuti adalah mantan atlet bulu tangkis Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa dengan meraih medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) XI tahun 1986 pada nomor ganda putri.
Namun, perjalanan hidup Yuni berubah drastis setelah mengalami kecelakaan pada tahun 1995 yang menyebabkan kaki kanannya lumpuh dan memaksanya pensiun dini dari olahraga.
Setelah pensiun, Yuni Astuti menghadapi berbagai kesulitan ekonomi.
Untuk menyambung hidup, Yuni Astuti memanfaatkan bakat menyanyinya dengan menjadi pengamen di bus-bus dan terminal, khususnya di Terminal Purabaya Bungurasih, Surabaya.
Yuni Astuti juga sempat tampil bersama grup musik lokal di berbagai panggung kecil di Surabaya.
5. Jovika Indri Steven

Jovika Indri Steven adalah mantan atlet atletik asal Lampung Selatan yang pernah mengharumkan nama daerahnya melalui cabang lompat jauh dan lari sprint.
Selama periode 2014 hingga 2019, Jovika berhasil meraih berbagai prestasi, termasuk medali perunggu pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Lampung ke-VIII tahun 2017.
Ia juga mengoleksi medali emas, perak, dan perunggu di tingkat kabupaten dalam dua cabang olahraga tersebut.
Namun, kehidupan Jovika Indri Stevev berubah drastis setelah ia tidak lagi aktif menjadi atlet karena batasan usia.
Kesulitan dalam mencari pekerjaan dan keterbatasan biaya membuatnya tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Kini, ia membantu ibunya bertani di sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terutama setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 2017.
Dengan piagam dan sertifikat yang dimilikinya, Jovika Indri Steven berharap kepada pemerintah daerah untuk memberikan perhatian terhadap mantan atlet berprestasi seperti dirinya. (fun)