Selasa, 16 September 2025

Sudut Sepak Bola

Bisnis Sepak Bola kian Dilirik, Ini 7 Klub Luar Negeri Milik Pengusaha Indonesia

Bisnis dalam Sepak Bola

Rabu, 9 Juli 2025 16:54

SEPAK BOLA - Marselino Ferdinan (Oxford United) dan Ragnar Oratmangoen (FCV Dender), dua pemain Timnas Indonesia yang tampil di klub luar negeri milik pengusaha Indonesia/ IG (@fcdender dan @oufcofficial)

HVSMEDIA.ID - Keterlibatan Indonesia dalam dunia sepak bola internasional kini tidak lagi sebatas pemain atau suporter.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pengusaha Indonesia mulai serius mengembangkan investasi mereka di sektor sepak bola, dengan cara membeli atau menguasai saham sejumlah klub luar negeri di berbagai level kompetisi.

Dari Inggris hingga Spanyol, keterlibatan pengusaha Indonesia dalam bisnis sepak bola mulai memengaruhi arah membuka peluang bisnis yang menjanjikan serta kerja sama lintas negara.

Berikut daftar klub luar negeri yang kini berada dalam kepemilikan para pengusaha Indonesia:

1.Oxford United

Oxford United merupakan salah satu klub Liga Inggris yang kini dimiliki mayoritas oleh pengusaha Indonesia.

Pada September 2022, Erick Thohir dan Anindya Bakrie resmi mengambil alih 51% saham klub melalui Rapat Umum Pemegang Saham, menandai perubahan kepemilikan mayoritas dari investor sebelumnya.

Akuisisi ini menjadi tonggak baru, karena keduanya telah lama terlibat sejak 2018 sebelum akhirnya menjadi pemegang saham mayoritas di klub luar negeri tersebut.

Dengan dukungan manajerial dan finansial, Oxford United berhasil promosi ke Championship pada musim 2023/2024, memperlihatkan dampak langsung dari perubahan kepemilikan.

Hal itu terlihat ketika dua pemain Timnas Indonesia, Marselino Ferdinan dan Ole Romeny, bergabung dengan Oxford United dan memberi pengaruh terhadap eksposur digital klub sepak bola ini.

2. FCV Dender

FCV Dender adalah klub sepak bola Belgia yang kini dimiliki oleh pengusaha dan politisi Indonesia, Sihar Sitorus, sejak akuisisi saham pada 2018 saat klub masih berlaga di kasta ketiga liga Belgia.

Di bawah kepemimpinannya dan manajemen yang dipimpin oleh pengusaha Indonesia, Belinda Siahaan, Dender sukses menanjak kompetisi.

Promosi ke Challenger Pro League (divisi kedua) pada musim 2021/2022, dan kembali ke Belgian Pro League (divisi utama) usai finis sebagai runner-up pada musim 2023/2024.

Selain itu, Sihar juga meluncurkan program “Road to Dender” untuk mencari dan membina talenta muda Indonesia usia 8–16 tahun bersama pelatih dari Belgia, sebagai langkah strategis untuk memperkuat hubungan antar dua negara dan memajukan sepak bola nasional.

FCV Dender semakin mencuri perhatian media Indonesia ketikan salah satu gelandang Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen, bergabung pada Agustus 2024.

3. Como 1907

Como 1907, klub Italia yang berkedudukan di Lombardy, diakuisisi pada April 2019 oleh pengusaha Indonesia, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono melalui perusahaan Inggris mereka, SENT Entertainment.

Saat itu, klub sedang terpuruk di Serie D, dengan injeksi dana sekitar €800.000 dan pelunasan utang, klub langsung mengalami transformasi.

Como naik tiga tingkat kompetisi sepak bola dalam lima tahun dan akhirnya promosi ke Serie A pada musim 2023/2024 setelah absen selama 21 tahun.

Di bawah kepemilikan Hartono bersaudara, manajemen profesional dipasang dan strategi jangka panjang dilancarkan dengan konsep “Disneyland” yang mengombinasikan sepak bola, wisata, media, dan lifestyle. 

4. Tranmere Rovers

Tranmere Rovers, klub kasta keempat Liga Inggris, kini memiliki keterlibatan dari pengusaha Indonesia melalui Santini Group konglomerat yang dipimpin oleh keluarga Wanandi setelah mengakuisisi sebagian saham klub pada 2019.

Investasi dari Santini, klub luar negeri ini mendapat suntikkan modal untuk perbaikan infrastruktur seperti peremajaan rumput stadion Prenton Park dan pemasangan lapangan 3G.

Investasi tersebut juga membuka peluang komersial, salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan brand jersey asal Indonesia, Mills, sejak musim 2021/2022.

Selain itu, Santini Group giat memfasilitasi pengembangan bakat muda Indonesia di bidang sepak bola melalui program scouting dan coaching clinic di Jakarta, serta memberikan akses akademi Tranmere di Inggris bagi pemain U-15 Indonesia.

5. Brisbane Roar

Brisbane Roar, yang berlaga di A‑League Australia, telah menjadi klub sepak bola penuh milik pengusaha Indonesia sejak 2012.

Awalnya, Bakrie Group melalui Pelita Jaya Cronus mengambil alih 70% saham pada Oktober 2011.

Kemudian, akuisisi penuh (100 %) diselesaikan pada Februari 2012, menjadikannya klub profesional Australia pertama yang dimiliki sepenuhnya oleh pihak Asia.

Sejak kepemilikan ini, klub sepak bola ini sempat meraih sukses besar dengan tiga gelar liga.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, mereka menghadapi tantangan keuangan serius, termasuk utang enam digit yang menyebabkan permohonan likuidasi dari Kantor Pajak Australia (ATO) pada Mei 2025, namun hal itu sedang dalam proses pelunasan.

Sementara Bakrie Group juga berencana mendukung rencana pembangunan stadion alternatif dan memperkuat struktur klub untuk musim 2025/2026.

6. Lecce 

US Lecce resmi melepas 10% sahamnya pada 27 Mei 2022 kepada konsorsium yang dipimpin oleh Alvin Sariaatmadja, CEO Emtek, bersama Boris Collardi dan Pascal Picci.

Pengusaha Indonesia itu menyampaikan bahwa keputusan investasi ini lahir dari kecintaan dan rasa hormat terhadap sepak bola Italia, serta keinginan untuk memperkuat posisi Lecce di Serie A.

Dengan suntikan modal awal dari konsorsium, manajemen klub berharap bisa mempertahankan performa kompetitifnya usai promosi dari Serie B musim 2021/2022.

Selain itu, potensi kolaborasi digital dan penetrasi pasar Asia Tenggara menjadi nilai tambah dari kehadiran Emtek dalam struktur kepemilikan klub luar negeri ini.

7. Polillas Ceuta

CD Polillas Ceuta, klub sepak bola yang berbasis di enklav Spanyol Ceuta, diakuisisi oleh Batavia Sports Group (BSG) pada Juli 2020.

BSG adalah hasil kolaborasi antara ASIOP dan Batavia Pictures, dua entitas yang dipimpin oleh pengusaha Indonesia

Akuisisi klub ini merupakan strategi pengembangan talenta muda Indonesia, dengan rencana pengiriman beberapa pemain terbaiknya ke Ceuta untuk mendapatkan pengalaman langsung di Eropa.

Selain itu, BSG juga merencanakan pembangunan fasilitas pelatihan di Indonesia dan telah menjalin kerjasama dengan brand lokal seperti XTEN, menggarisbawahi peran Polillas Ceuta sebagai jembatan pembangunan sepak bola antara Indonesia dan Spanyol.

BSG menunjukkan bagaimana pengusaha Indonesia bisa mengelola klub luar negeri untuk mendukung perkembangan sepak bola di Tanah Air. (fun)

Tag berita:
Berita terkait