HVSMEDIA.ID - Anggota Komisi IV DPRD Samarinda, Yakob Pangedongan, menyuarakan kekhawatirannya terhadap lemahnya peran orang tua dalam mengawal anak-anak di era digital yang terus melaju tanpa jeda.
Ia menekankan bahwa gadget saat ini bukan sekadar alat komunikasi, melainkan sudah menjadi pintu masuk menuju dunia maya yang belum tentu ramah bagi tumbuh kembang anak.
“Ini bukan cuma soal teknologi, tapi soal tanggung jawab pengasuhan. Anak-anak butuh arahan, batasan, dan kehadiran nyata dari orang tuanya, bukan justru dibiarkan tenggelam dalam layar tanpa pengawasan,” ujar Yakob, Selasa (1/7/2025).
Menurutnya, di tengah kemudahan mengakses berbagai konten, anak-anak masih minim kemampuan memilah informasi yang sehat dan sesuai usia.
Ketika bimbingan dari rumah abai, risiko paparan terhadap konten negatif pun semakin besar.
Ia mendorong para orang tua agar tak hanya memantau, tetapi juga terlibat aktif dalam mengatur penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari.
Hal sederhana, seperti melarang penggunaan ponsel saat makan, belajar, atau menjelang tidur bisa jadi langkah awal yang berdampak besar.
“Interaksi manusiawi tetap penting. Jangan sampai anak lebih mengenal algoritma media sosial ketimbang mengenali suara orang tuanya sendiri,” lanjutnya.
Politikus yang konsisten mengawal isu pendidikan ini juga menegaskan bahwa sekolah bukan satu-satunya tempat membentuk karakter.
Justru keluarga adalah ruang pertama dan utama dalam menanamkan nilai, etika, dan empati.
Tanpa pendampingan yang memadai, Yakob khawatir anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang terbiasa dengan informasi instan, kurang empati, dan mudah terseret arus konten destruktif.
Karena itu, ia menekankan pentingnya literasi digital, bukan hanya untuk anak, tapi juga bagi orang tua.
“Bukan cuma anak-anak yang harus paham dunia digital. Orang tua juga wajib tahu cara kerja internet, bahaya konten toksik, dan bagaimana menjaga keamanan digital keluarga. Kalau tidak, mereka akan kalah cepat,” tegasnya.
Yakob pun mengapresiasi gerakan dari berbagai komunitas dan lembaga pendidikan yang mulai menggagas pendekatan pengasuhan digital.
Namun, ia berharap ada peran lebih besar dari pemerintah untuk memperluas jangkauan edukasi ini ke seluruh lapisan masyarakat.
Ia juga mengingatkan bahwa dampak penggunaan gadget tanpa kendali tidak bisa dianggap sepele. Mulai dari gangguan tidur, penurunan interaksi sosial, hingga ketidakstabilan emosional bisa muncul bila tidak ditangani dengan pola asuh yang tepat.
“Jangan sampai kita hanya mencetak generasi yang pintar bermain teknologi tapi kosong dalam karakter. Kalau itu terjadi, kita sedang menyiapkan bom waktu dalam wajah kemajuan,” tutupnya penuh tekanan. (adv)