HVSMEDIA.ID - Film animasi Indonesia terbaru, Jumbo, telah mencuri perhatian publik sejak penayangannya pada Lebaran 2025.
Proses pembuatan Film Jumbo memakan waktu sekitar enam tahun, dimulai sejak April 2019.
Dilansir dari Avnmedia.id, lebih dari 420 kreator Indonesia terlibat dalam proyek ini film Jumbo, mencurahkan dedikasi dan kreativitas mereka untuk menghasilkan animasi berkualitas tinggi.
Iya, kamu nggak salah baca, empat ratus lebih orang!
Seperti yang tertulis di filmnya, “karya banyak orang”, Jumbo lahir dari semangat gotong royong melalui produksi Visinema Studio.
Ini bukan hasil kerja individu, tapi kolaborasi raksasa yang terbangun dari komunitas, mimpi, dan kerja tim yang solid.
Sutradara Ryan Adriandhy sendiri menyebut proses membentuk tim ini seperti “ngumpulin Avengers”, penuh strategi dan menyatukan banyak kekuatan dari berbagai penjuru.
Dari segi visual, Jumbo tampil memukau.
Produksi desainnya sarat dengan detail yang membangkitkan nostalgia, musiknya menyentuh hati, dan ceritanya? Siap-siap dibawa ke dalam kisah hangat yang bisa bikin kamu senyum dan berkaca-kaca.
Gak heran kalau film ini langsung panen pujian positif dari yang udah nonton.
Penasaran sama cerita di balik layarnya? Yuk, simak deretan fakta-fakta menarik yang mungkin belum banyak orang tahu tentang Jumbo!
1. Proses Praproduksi Jumbo dengan Metode yang Sempat Dipakai Pixar
Gimana caranya Ryan Adriandhy menyatukan visi dari ratusan kreator yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia, gak cuma yang di Jabodetabek?
Ternyata jawabannya adalah satu pertemuan intens selama tiga hari di Jakarta.
Di situlah semua kreator berkumpul untuk menyamakan arah, ngebahas aset-aset animasi, karakter, hingga siapa mengerjakan apa. Serius tapi seru.
Sebelum itu, mereka udah lebih dulu nonton animatik, semacam blueprint film animasi yang dibentuk dari storyboard.
Jadi semua adegan digambar layaknya komik, disusun dalam urutan cerita, lalu diedit jadi satu film hitam-putih berdurasi penuh.
Musiknya dan sound effect-nya masih tempelan, bahkan beberapa suara karakter diisi sementara oleh tim sendiri.
“Ini sistem yang udah umum banget dipakai di industri animasi luar,” jelas Ryan Adriandhy.
Ryan Adriandhy pun cerita, Pixar sempat pakai metode ini waktu mau ngajak Tom Hanks balik untuk Toy Story 3, di mana om baru mau setelah nonton animatik-nya dan suka.
Untuk mengatur kerja bareng sembilan studio, yang terdiri dari lima untuk animasi, empat untuk post-production, Ryan Adriandhy menunjuk satu studio sebagai pusat koordinasi atau animation director, yang terus terhubung dengannya sebagai sutradara.
Prosesnya pun ketat tapi terstruktur, yakni ada day list dan week list.
“Setiap hari pasti ada yang setor shot, nanti aku review lewat Zoom. Layarnya rame banget, udah kayak ruang krisis negara, hehehe,” candanya.
Progres mingguan juga terus dimonitor lewat sesi evaluasi, revisi, dan update berkala.
Ryan Adriandhy, yang merupakan lulusan Rochester Institute of Technology, bener-bener ngeracik sistem kerja kolaboratif yang padat, tapi tetap manusiawi dan kreatif.
2. Detail Dunia Jumbo yang Indonesia Banget, Hasil Riset Matang Tim Produksi
Kalau kamu udah nonton Jumbo, kamu pasti ngeh sama nuansa khas era 2000-an yang terasa banget.
Mulai dari kalender tahun 1994 di masa kecil Don, telepon umum di pinggir jalan, sampai bentuk rumah-rumah yang “Indonesia banget”.
Semua itu bukan kebetulan, melainkan hasil riset mendalam dari tim desain produksi yang pengin dunia Jumbo terasa nyata dan akrab di hati penonton.
Dengan nada bangga, Ryan Adriandhy cerita betapa senangnya dia saat netizen mulai notice detail kecil, seperti ubin rumah yang khas 90-an.
“Langsung aku tag production designer-nya karena dia yang riset sampai sedalam itu,” katanya.
Ryan Adriandhy memang punya visi yang jelas, yakni Jumbo harus punya rasa Asia Tenggara alias lokal, tapi tetap relatable secara visual bagi penonton lintas negara di kawasan ini.
Dunia fiksinya bernama Kampung Seruni, yang terinspirasi dari beragam lokasi, seperti Penang, Kota Lama Semarang, hingga Pecinan.
Dalam hal visual, warna-warna yang digunakan pun bukan sembarangan.
Ryan Adriandhy ingin palet warna yang lembut, berpadu antara warna komplementer dan earth tone, biar hangat tapi tetap playful.
3. Sadar Gak? Semua Karakter Jumbo Ganti Baju, Lho!
Satu hal unik yang bikin Jumbo beda dari banyak animasi lain, di mana semua karakternya ganti baju!
Yep, bukan cuma satu setel dari awal sampai akhir film.
Ryan Adriandhy menjelaskan kalau perubahan kostum ini penting banget untuk mendukung alur cerita yang berlangsung selama beberapa hari.
“Menurutku gak masuk akal kalau mereka terus-terusan pakai baju yang sama,” ujarnya.
Makanya, kamu bakal lihat Don dengan berbagai outfit, ada yang pakai baju belang, ada juga yang pakai motif telur ceplok yang gemas.
Begitu juga dengan Acil dan Meri. Khusus Meri, malah punya dua bentuk, yaitu wujud peri dan wujud saat ia udah blend-in bareng manusia. (cin/naf)
Tags: Don Jumbo Ryan Adriandhy Visinema