HVSMEDIA.ID - Tragedi yang menimpa aktris muda Korea Selatan, Kim Sae-ron, mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan terhadap fenomena child grooming.
Kim Sae-ron dan Kim Soo-hyun dilaporkan menjalin hubungan asmara selama enam tahun, dimulai pada tahun 2015 saat Kim Sae-ron berusia 15 tahun dan Kim Soo-hyun 27 tahun.
Dilansir dari Avnmedia.id, child grooming proses manipulasi di mana individu, seringkali dewasa, membentuk hubungan dengan anak-anak untuk mendapatkan kepercayaan mereka dan keluarga, dengan tujuan mengeksploitasi anak tersebut, terutama dalam konteks pelecehan seksual.
Jika dibiarkan, praktik ini dapat memberikan dampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental anak.
Proses child grooming terjadi ketika orang dewasa berusaha membangun hubungan yang penuh kepercayaan dan ikatan emosional dengan anak atau remaja, dengan niat untuk memanipulasi, melecehkan, dan mengeksploitasi mereka.
Tindak pelecehan ini bisa terjadi secara langsung atau melalui platform media sosial.
Lebih Jauh soal Child Grooming
Child grooming merupakan teknik manipulasi yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memengaruhi pikiran anak dengan tujuan tertentu, biasanya untuk eksploitasi dan pelecehan seksual.
Jika dibiarkan, dampak dari praktik ini dapat merusak kesehatan fisik dan mental anak.
Proses child grooming dimulai ketika pelaku, yang sering disebut sebagai “predator”, berusaha membentuk hubungan kepercayaan dengan anak atau remaja, mengatur cara berpikir mereka agar lebih patuh dan tunduk pada perintah.
Biasanya, pelaku memilih korban yang memiliki kepercayaan diri rendah atau sedang menghadapi masalah keluarga.
Setelah menemukan korban yang sesuai, pelaku akan memosisikan dirinya sebagai sosok yang paling memahami perasaan anak sehingga tercipta kedekatan dan empati.
Pelaku kemudian memberikan perhatian berlebihan, membuat anak merasa istimewa dan perlahan mulai membangun rasa percaya.
Pada titik ini, pelaku akan lebih mudah melakukan pelecehan seksual atau eksploitasi, terutama karena anak merasa tak berdaya melawan orang dewasa.
Pelaku juga dapat mengintimidasi korban atau menakut-nakuti untuk mencegah mereka melapor.
Dalam beberapa kasus, pelaku akan berusaha memisahkan anak dari keluarganya dengan cara meyakinkan anak bahwa mereka lebih memahami anak tersebut dibanding orang tua.
Ini adalah salah satu alasan mengapa orang tua harus selalu waspada terhadap orang-orang yang berinteraksi dengan anak mereka karena pelaku child grooming bisa berasal dari berbagai latar belakang, seperti guru, pejabat, atau pemuka agama yang berkarisma.
Tanda-Tanda Anak Mengalami Child Grooming
Beberapa tanda yang perlu diwaspadai jika anak Anda kemungkinan menjadi korban child grooming antara lain:
1. Anak sering berhubungan dengan orang dewasa yang jauh lebih tua.
2. Anak selalu membicarakan sosok orang dewasa tersebut.
3. Anak menghabiskan banyak waktu bersama orang dewasa tersebut, hingga melupakan kewajibannya, seperti sering bolos sekolah.
4. Anak jarang bergaul dengan teman-temannya.
5. Anak menerima hadiah yang berlebihan dari orang dewasa yang dekat dengannya.
6. Anak tidak lagi berbagi cerita tentang aktivitas sehari-harinya dengan Anda.
Praktik child grooming dapat berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Beberapa pelaku bahkan mendekati keluarga korban agar perbuatannya tidak mencurigakan.
Dampak Child Grooming pada Anak
Anak yang menjadi korban child grooming sering kali merasa harus melakukan apapun untuk menyenangkan pelaku.
Ini dapat berakibat pada berbagai dampak fisik dan mental yang merugikan, seperti:
• Kesulitan tidur (insomnia)
• Gangguan konsentrasi di sekolah
• Kecemasan dan depresi
• Gangguan makan
• Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
• Penyakit menular seksual
Selain itu, korban grooming mungkin menunjukkan perubahan perilaku, seperti menarik diri dari orang tua, menjadi mudah marah, atau sensitif jika dilarang mengikuti kemauan pelaku.
Pelaku juga bisa memberikan pengaruh buruk lainnya, seperti menyarankan anak untuk mengonsumsi alkohol atau narkoba, yang dapat merusak masa depan mereka.
Waspada dengan Tanda-Tanda Pelaku Child Grooming
Mengenali pelaku child grooming tidaklah mudah karena mereka bisa menjadi orang yang sangat dekat dengan keluarga.
Namun, waspadai jika seseorang menunjukkan perilaku seperti:
• Memberikan hadiah berlebihan kepada anak dan keluarga.
• Menunjukkan minat berlebihan terhadap aktivitas anak.
• Menawarkan bimbingan atau pengasuhan dengan cara yang terkesan tidak wajar.
• Melampaui batasan dalam bersosialisasi, misalnya sering datang ke rumah atau acara keluarga meskipun tidak diundang.
• Melakukan sentuhan fisik yang tidak wajar, seperti mengelus kepala, memeluk, atau memangku anak.
Untuk melindungi anak dari praktik ini, penting untuk mengajarkan mereka tentang batasan sosial dan memberi pemahaman bahwa tidak ada orang dewasa yang berhak menyentuh tubuh mereka secara tidak wajar.
Jika anak mengalami hal yang mencurigakan, dorong mereka untuk menceritakannya kepada Anda dengan tenang dan bijak.
Jika Anak Anda Menjadi Korban Child Grooming
Banyak anak yang tidak sadar bahwa mereka telah menjadi korban child grooming.
Jika anak berani menceritakan pengalaman buruk yang dialaminya, dengarkan dengan penuh perhatian dan beritahukan bahwa mereka telah melakukan hal yang benar dengan berbicara.
Sampaikan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahan mereka dan berikan dukungan penuh.
Jangan marahi anak, karena hal ini justru bisa membuat mereka takut untuk berbicara lebih lanjut atau malah merasa kembali dekat dengan pelaku.
Sebaliknya, beri dukungan emosional dan pastikan mereka merasa aman.
Jika perlu, konsultasikan dengan psikolog atau psikiater untuk membantu anak mengatasi trauma yang mungkin ditimbulkan akibat child grooming.
Melalui dukungan yang tepat, anak-anak bisa pulih dan melanjutkan hidup mereka dengan lebih baik. (cin/naf)