HVSMEDIA.ID - Syamsul Arifin menjadi salah satu sosok yang mencuri perhatian di era Galatama, liga semi-profesional Indonesia yang bergulir dari akhir 1970-an hingga pertengahan 1990-an.
Namanya melejit sebagai penyerang tajam yang sulit dihentikan, terutama saat memperkuat klub NIAC Mitra.
Pada musim 1980–1982, ia sukses mencatatkan rekor yang masih belum terpecahkan hingga kini mencetak 30 gol dalam satu musim Galatama.
Torehan tersebut membuatnya dijuluki sebagai top skor sepanjang satu musim dalam sejarah kompetisi Galatama.
Profil Syamsul Arifin
Syamsul Arifin lahir di Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang pada tahun 1955.
Karier sepak bolanya dimulai dari klub amatir PS Gama Gondanglegi, sebelum kemudian direkrut oleh NIAC Mitra Surabaya pada pertengahan 1970-an.
Namanya mulai dikenal nasional saat ia mencetak 30 gol dalam satu musim Galatama 1980–1982 bersama NIAC Mitra, menjadikannya sebagai top skor di kompetisi tersebut, rekor yang masih bertahan hingga Galatama berakhir pada tahun 1994
Awal Karier dan Perjalanan di Niac Mitra
Pemain asli Malang ini memulai sepak bolanya di klub amatir lokal sebelum akhirnya bergabung dengan NIAC Mitra Surabaya, klub profesional yang cukup dominan di era Galatama.
Di musim pertamanya, NIAC Mitra belum meraih gelar juara, namun pada musim 1980–1982, mereka tampil mengesankan dan menjadi juara Galatama kedua setelah mengalahkan Jayakarta pada laga penentu.
Pemegang Rekor Gol Galatama
Musim Galatama 1980–1982 berlangsung dari 11 Oktober 1980 hingga 13 Maret 1982.
NIAC Mitra, sebagai juara musim tersebut, mencetak sebesar 102 gol dalam 34 laga.
Dari Jumlah itu, Syamsul Arifin menjadi penyumbang terbesar dengan 30 gol semua gol itu dihasilkan tanpa penalti, melainkan lewat sundulan kepala yang akurat dan tajam.
Salah satu pertandingan paling fenomenal terjadi saat Syamsul Arifin mencetak 7 gol dalam satu laga ketika NIAC Mitra menghancurkan Tidar Sakti 11–0 di Stadion Gelora 10 November, Surabaya pada 7 November 1981
Ini menjadi salah satu rekor terbesar dalam sejarah Galatama pada saat itu.
Selain itu, NIAC Mitra juga menang besar 14–0 atas Cahaya Kita, di mana Syamsul ikut menyumbang empat gol.
Julukan Si Kepala Emas
Syamsul Arifin dijuluki ’Si Kepala Emas’ karena hampir seluruh golnya lahir dari sundulan kepala yang presisi dan kuat, tanpa memanfaatkan tendangan penalti.
Ia mencetak 30 gol hanya dalam sekitar 13 pertandingan Galatama 1980–1982 bersama NIAC Mitra, dengan produktivitas luar biasa meskipun minim kesempatan tampil.
Fleksibilitasnya semakin menonjol karena pernah dipasang sebagai gelandang, sayap, dan bahkan libero saat tim kehilangan pemain bertahan.
Karier Setelah Galatama
Setelah mengambil vakum singkat Syamsul Arifin kembali bersinar di level Perserikatan saat memperkuat Persebaya Surabaya pada pertengahan 1980-an.
Syamsul Arifin membantu klub meraih gelar juara Perserikatan musim 1987–1988 dan menjadi top skor kompetisi tersebut dengan 18 gol, menjadi ujung tombak produktivitas tim bersama Mustaqim.
Kesimpulan
Syamsul Arifin tercatat sebagai top skor Galatama 1980–1982 dengan 30 gol saat memperkuat NIAC Mitra, dan membawa klub tersebut meraih dua gelar juara secara beruntun.
Ia juga menjadi top skor di Perserikatan 1987–88 dengan 18 gol bersama Persebaya Surabaya sekaligus mengantarkan klubnya juara.
Julukan “Si Kepala Emas” melekat pada Syamsul Arifin sebagai simbol kehebatannya dalam mencetak gol lewat sundulan dan menjadikannya legenda di dua era kompetisi elite Indonesia. (fun)