HVSMEDIA.ID - Premier League dipastikan akan memasuki era baru mulai musim 2026/27 setelah klub-klub menyepakati larangan penggunaan sponsor perusahaan judi di bagian depan jersey utama mereka.
Keputusan ini diambil sejak 2023 sebagai bentuk tanggung jawab sosial, mengingat meningkatnya kekhawatiran soal dampak negatif perjudian terhadap masyarakat, terutama generasi muda.
Namun, musim 2025/26—yang saat ini baru saja dimulai—akan menjadi musim terakhir sebelum aturan itu berlaku.
Menariknya, dominasi sponsor judi di Premier League ternyata belum berkurang.
55% Klub Premier League Masih Gunakan Sponsor Judi
Pada musim 2025/26, tercatat 11 dari 20 klub Premier League atau sekitar 55% masih menampilkan perusahaan judi sebagai sponsor utama di bagian depan jersey.
Angka ini sama dengan rekor musim sebelumnya, sekaligus menunjukkan bahwa tren sponsor judi belum mengalami penurunan menjelang diberlakukannya larangan.
Beberapa klub bahkan hanya berganti perusahaan judi, alih-alih meninggalkan industri ini sepenuhnya.
Kondisi ini menggarisbawahi betapa besar pengaruh finansial dari perusahaan taruhan dalam sepak bola Inggris.
Perusahaan judi memang menawarkan nilai kontrak sponsor yang sangat tinggi, sehingga menjadi daya tarik besar bagi klub-klub Premier League, terutama tim papan tengah dan bawah yang tidak memiliki basis sponsor global sebesar klub elite seperti Manchester United, Liverpool, atau Arsenal.
Celah Larangan: Sleeve Sponsor dan Iklan Stadion Masih Diperbolehkan
Larangan sponsor judi yang akan berlaku pada 2026/27 hanya mencakup front-of-shirt sponsor (sponsor utama di bagian depan jersey).
Artinya, klub-klub Premier League masih bisa bekerja sama dengan perusahaan judi untuk:
- Sleeve sponsor (lengan jersey)
- Perimeter boards (papan iklan digital di sekitar lapangan)
- Sarana komersial lainnya seperti sponsor aplikasi resmi atau promosi di media sosial klub
Hal ini menimbulkan perdebatan baru karena meski ada larangan, eksposur brand judi tetap akan sangat besar dalam pertandingan Premier League yang ditonton jutaan orang di seluruh dunia.
Klub Elite dan Alternatif Sponsor
Menariknya, klub-klub besar seperti Arsenal, Manchester United, Manchester City, dan Liverpool sudah lama meninggalkan sponsor judi di bagian depan jersey mereka.
Mereka lebih memilih bekerja sama dengan perusahaan teknologi, industri keuangan, atau brand global yang dianggap lebih sejalan dengan citra klub.
Contohnya:
- Manchester United menggandeng perusahaan fintech Snapdragon sebagai sponsor utama mulai musim 2024/25.
- Arsenal melanjutkan kontrak dengan perusahaan penerbangan Emirates.
- Manchester City masih setia dengan Etihad Airways.
- Liverpool bekerja sama dengan Standard Chartered.
Langkah klub-klub elite ini memperlihatkan bahwa alternatif sponsor di luar industri judi sebenarnya tetap ada, terutama bila klub memiliki daya tarik global.
Tantangan Finansial Klub Menengah dan Bawah
Bagi klub-klub kecil hingga menengah, kehilangan sponsor judi di bagian depan jersey bisa menjadi pukulan finansial.
Industri perjudian dikenal berani membayar mahal dibandingkan sektor lain.
Misalnya, beberapa kontrak sponsor judi di Premier League dilaporkan bernilai antara £6 juta hingga £10 juta per tahun.
Angka sebesar itu tentu sulit ditandingi oleh perusahaan dari sektor non-judi, apalagi untuk klub dengan basis penggemar terbatas.
Jadi......
Musim 2025/26 akan menjadi musim terakhir di mana sponsor judi mendominasi bagian depan jersey Premier League.
Dengan 11 klub masih menampilkan perusahaan taruhan, angka ini menunjukkan betapa kuatnya ketergantungan finansial klub terhadap industri tersebut.
Meski larangan resmi akan berlaku pada 2026/27, perusahaan judi tetap memiliki celah untuk tampil di sleeve sponsor dan papan iklan stadion.
Kini, tantangan terbesar bagi klub Premier League, khususnya tim papan tengah dan bawah, adalah mencari mitra sponsor alternatif yang mampu menggantikan kekuatan finansial dari industri judi. (vana)