Kombinasi ini menjadikan Samarinda sebagai kandidat kuat untuk menjadi pusat distribusi logistik bencana di kawasan timur Indonesia.
“Infrastruktur tersedia, lahan siap, dan posisi geografisnya ideal. Momen ini harus dimanfaatkan untuk mempercepat respons bencana,” tambahnya.
Lebih dari sekadar strategis, Rohim menekankan bahwa Samarinda memang layak memiliki gudang logistik sendiri, mengingat daerah ini kerap dilanda bencana rutin seperti banjir dan tanah longsor.
Saat ini, bantuan logistik masih sangat bergantung pada pengiriman dari Pulau Jawa, yang tidak hanya lambat, tapi juga memakan biaya tinggi.
“Bayangkan, bantuan datang bisa memakan waktu berhari-hari. Kalau kita punya gudang di sini, bantuan bisa langsung disalurkan tanpa harus menunggu kiriman dari luar pulau,” tegas Rohim.
Ia juga menggarisbawahi bahwa penanganan bencana harus dipandang sebagai urusan lintas wilayah, bukan sekadar tanggung jawab daerah tertentu.