Anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga, menjelaskan bahwa FIFA memberi opsi agar kursi-kursi kosong tersebut bisa diisi oleh komunitas anti-diskriminasi.
“Kita harus mengirimkan rencana kepada FIFA sepuluh hari sebelum pertandingan,” kata Arya kepada Bola.
“Kursi-kursi itu bisa ditempati oleh para suporter yang tergabung dalam komunitas anti-diskriminasi, dan mereka wajib membawa spanduk bertema anti-diskriminasi.”
Ini bukan pertama kalinya suporter Indonesia terlibat kontroversi dengan Bahrain. Pada pertemuan sebelumnya, 10 Oktober 2024, yang berakhir imbang 2-2, pendukung Indonesia membanjiri situs web dan media sosial Asosiasi Sepak Bola Bahrain (BFA) dengan pesan-pesan kasar, termasuk menyerang para pemain Bahrain dan wasit asal Oman, Ahmed Al Kaf. BFA sempat meminta FIFA dan AFC agar laga tandang berikutnya digelar di tempat netral, namun permintaan itu ditolak.
Walau PSSI sudah memastikan keamanan tim tamu pada pertandingan 25 Maret lalu, perilaku sebagian suporter tetap membawa dampak negatif bagi citra tim nasional.
Sanksi seperti ini bukan yang pertama bagi Indonesia. Sebelumnya, usai tragedi Stadion Kanjuruhan tahun 2022 yang menewaskan 133 orang, FIFA juga memberlakukan pembatasan kapasitas stadion maksimal 50% untuk sementara waktu di seluruh Indonesia. (vana)