Tak hanya itu, ia juga menyinggung janji manis Pertamina soal layanan bengkel gratis bagi kendaraan rusak akibat BBM tercemar yang hingga kini tak kunjung terealisasi.
Ini, menurutnya, mencerminkan lemahnya tanggung jawab perusahaan.
Menurut Abdul Rohim, kuota gas subsidi untuk Samarinda sebenarnya memadai.
Namun distribusi yang amburadul membuat gas malah jatuh ke tangan yang tak berhak, bukan keluarga miskin atau pelaku UMKM.
Akibatnya, harga eceran yang seharusnya hanya Rp18 ribu melambung hingga Rp50 ribu, bahkan mencapai Rp70 ribu di beberapa titik.
Sebagai respons cepat, DPRD Samarinda merekomendasikan digelarnya operasi pasar murah di berbagai kecamatan, seperti di Samarinda Ulu dan Seberang.
Program ini diharapkan rutin dilakukan agar warga tetap bisa mengakses gas melon sesuai HET.