Selasa, 16 September 2025

Sudut Sepak Bola

Perjalanan Sponsor Utama Kompetisi Sepak Bola Indonesia, dari Era Produk Rokok hingga Sektor Perbankan

Jejak Pendanaan Liga Indonesia

Jumat, 11 Juli 2025 17:54

SEPAK BOLA - Logo Djarum dan Shopee, menggambarkan perjalanan sponsor utama kompetisi sepak bola Indonesia selain dari industri rokok hingga sektor perbankan/ Kolase by HVSMEDIA.ID

HVSMEDIA.ID - Sponsor utama memegang peranan penting dalam perjalanan kompetisi sepak bola Indonesia sejak pertama kali digelar pada 1994. 

Selama puluhan tahun, berbagai perusahaan dari industri rokok, e-commerce, hingga sektor perbankan silih berganti mendukung sebagai sponsor utama kompetisi sepak bola Indonesia.

Pergantian sponsor utama dari waktu ke waktu menunjukkan bagaimana perkembangan industri turut memengaruhi wajah dan identitas kompetisi sepak bola Indonesia.

Dalam beberapa musim terakhir, sponsor utama dari sektor perbankan kembali muncul sebagai pendukung utama dalam penyelenggaraan kompetisi sepak bola Indonesia. 

1.Rokok Era Awal (1994–1998)

Era pertama profesionalisme dalam kompetisi sepak bola Indonesia dimulai pada musim 1994/1995 saat Perserikatan dan Galatama resmi dilebur dan langsung didukung oleh industri rokok sebagai sponsor utama

Perusahaan Dunhill menjadi pionir, menggelontorkan dana sekitar Rp 4,5 miliar per musim, termasuk subsidi klub dan hadiah bagi juara dan pemain terbaik.

Dua musim berturut-turut, era tersebut membawa nama Liga Dunhill, dengan Persib Bandung (1994/95) dan Bandung Raya (1995/96) sebagai juaranya.

Pada musim selanjutnya (1996/97–1997/98), perusahaan rokok Kansas berasal dari AS menggantikan Dunhill sebagai sponsor utama, menyuplai dana sekitar Rp 5,35 miliar per musim.

Namun, pada musim 1997/98, kompetisi dihentikan akibat krisis moneter dan tekanan politik; Kansas pun memilih mundur sebagai sponsor.

Setelah itu, sebagian besar musim 1998/99 dijalankan tanpa sponsor titel, menandakan akhir dominasi rokok sebagai sponsor utama di kompetisi sepak bola Indonesia pada periode itu.

2. Bank Mandiri Era (1999–2004)

Setelah krisis dan tanpa sponsor pada musim 1998–1999, kompetisi sepak bola Indonesia kembali bergairah pada tahun 1999 dengan masuknya sektor perbankan.

Bank Mandiri merupakan sponsor utama pertama dari sektor non-rokok.

Bank pelat merah ini menyuntikkan dana sekitar Rp 7,2 triliun (catatan menunjuk Rp 7,2 miliar/pada satu musim) kepada PSSI, memulihkan format dan mendukung kelangsungan kompetisi sepak bola Indonesia selama lima musim berturut-turut.

Pendanaan ini memungkinkan liga kembali stabil dan berkelanjutan, dengan nama resmi “Liga Bank Mandiri”. 

Beberapa momen penting juga tercipta berkat sponsor utama ini, termasuk gelar juara untuk klub seperti PSM Makassar (1999–2000), Persija Jakarta (2001), Petrokimia Putra (2002), Persik Kediri (2003), dan Persebaya Surabaya (2004).

Masuknya sektor perbankan menandai transformasi penting dalam model pembiayaan kompetisi sepak bola Indonesia dari eklektik ke sponsorship resmi dari institusi keuangan.

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait