Fleksibilitasnya semakin menonjol karena pernah dipasang sebagai gelandang, sayap, dan bahkan libero saat tim kehilangan pemain bertahan.
Karier Setelah Galatama
Setelah mengambil vakum singkat Syamsul Arifin kembali bersinar di level Perserikatan saat memperkuat Persebaya Surabaya pada pertengahan 1980-an.
Syamsul Arifin membantu klub meraih gelar juara Perserikatan musim 1987–1988 dan menjadi top skor kompetisi tersebut dengan 18 gol, menjadi ujung tombak produktivitas tim bersama Mustaqim.
Kesimpulan
Syamsul Arifin tercatat sebagai top skor Galatama 1980–1982 dengan 30 gol saat memperkuat NIAC Mitra, dan membawa klub tersebut meraih dua gelar juara secara beruntun.
Ia juga menjadi top skor di Perserikatan 1987–88 dengan 18 gol bersama Persebaya Surabaya sekaligus mengantarkan klubnya juara.
Julukan “Si Kepala Emas” melekat pada Syamsul Arifin sebagai simbol kehebatannya dalam mencetak gol lewat sundulan dan menjadikannya legenda di dua era kompetisi elite Indonesia. (fun)