Dia turut memperkenalkan hasil olahan limbah kayu ulin agar bisa dimanfaatkan dalam aktivitas sehari-hari.
“Kurang lebih seperti itu, hanya kami lebih mengedepankan hasil sumber daya alam, lingkungan dan pariwisata, agar kita dapat mengolah alam menjadi nilai jual,” ucapnya.
Yusi berbagi cerita bagaimana dia dan anggotanya, yang mendapatkan bimbingan dari perusahaan swasta di daerah, berusaha memproduksi limbah kayu menjadi produk yang lebih bermanfaat meskipun dalam keadaan produksi yang sederhana.
“Karena kebetulan saya founder dari Creative Fashion Kutai Timur, bersama teman-teman kami berkolaborasi untuk menghasilkan produk itu, namun terkadang saya memproduksinya dari perusahaan saya sendiri,” jelasnya.
“Kami juga di sini dibina oleh pihak perusahaan swasta yaitu PT, Kaltim Prima Coal (KPC) dan PAMA Persada,” tambahnya.
Yusi juga mengungkapkan bahwa Wastra tersebut sering diikutkan dalam perlombaan, termasuk ajang Borneo Fashion Bration dan beberapa acara fashion lainnya.