Pendanaan klub Niac Mitra tidak berasal dari APBD, sponsor besar, ataupun dukungan BUMN seperti yang lazim terjadi di era modern, melainkan sepenuhnya ditopang dari keuntungan usaha hiburan malam tersebut.
Dana dari NIAC digunakan untuk membayar pelatih asing, merekrut pemain asing dan lokal, menyediakan bonus besar, serta menjamin keberlanjutan operasional klub di fase awal Galatama.
Manajemen Modern & Kejayaan di Lapangan
Dana segar itu memungkinkan Niac Mitra menerapkan sistem manajerial modern mereka merekrut pelatih asing, pemain nasional dan internasional.
Tidak hanya itu, sistem bonus yang diberikan Niac Mitra juga menjadi daya tarik.
Wenas memberikan bonus hingga tiga kali gaji pemain, tergantung jumlah penonton yang hadir di Stadion Tambaksari.
Selain itu, klub ini bahkan sempat merencanakan pembangunan stadion sendiri langkah yang belum pernah dilakukan klub swasta lain pada masa itu.
Manajemen yang terintegrasi antara kekuatan bisnis hiburan dan sepak bola membuat Niac Mitra menjadi salah satu klub paling dominan di Galatama.
Gelar juara mereka di musim 1980–1982, 1982–1983, dan 1987–1988, serta memenangkan Juara Piala Emas Aga Khan 1979.
Kehadiran Pelatih dan Pemain Berkualitas
Pada awal era 1980-an, Niac Mitra menunjuk Wiel Coerver, pelatih asal Belanda kelahiran Kerkrade (1924), sebagai arsitek taktik tim.
Coerver dikenal sebagai pelatih yang menerapkan Coerver Method metode pelatihan teknis berfokus pada pergerakan cepat, taktik menyerang, serta struktur pertahanan yang ketat.
Di bawah asuhannya, Niac Mitra mencetak 102 gol dalam satu musim, rekor yang tetap tidak terpecahkan hingga saat ini.